Laksana hadirnya sebuah hidup, semuanya membutuhkan proses. Dari tiada menjadi ada, dari ketidaktahuan menjadi tahu. Kesemuanya untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. Manusia ada melalui sebuah fase dan proses. Dari sesuatu yang tidak ada kemudian tumbuh menjadi sebuah embrio yang menjadi cikal bakal. Embrio tersebut tumbuh sesuai berjalannya waktu hingga siap untuk di"hadirkan."
Pun demikian halnya sebuah kota. Dari individu yang mulai berdatangan satu persatu hingga membentuk sebuah komunitas. Selanjutnya berkembang dan mengadakan interaksi untuk memenuhi kebutuhannya. Perkembangan ini berlanjut dengan membentuk sebuah aturan, sistem yang selanjutnya disebut birokrasi. Birokrasi ini terus tumbuh dan berkembang melalui para pengemban serta pelaksana yang kemudian disebut birokrat. Pelan namun pasti tingkat kebutuhan, kepentingan dan hubungan sosial ini membentuk sebuah kota. Kota inipun bagai sebuah embrio yang terus tumbuh tanpa mengenal waktu.
Bahwa kota bukanlah sebuah komunitas yang homogen. Kota adalah sebuah komunitas yang heterogen dan majemuk, bukan hanya menjadi tempat kapitalisme.Namun terkadang memberikan gambaran tentang humanisme. Selalu ada sisi-sisi lain dari sebuah kota yang terkadang luput dari pandangan dan perhatian. Sisi-sisi tentang bagaimana mereka berinteraksi, memenuhi kebutuhannya hingga hal yang dipandang sepele dan remeh. Mulai dari komunitas sebuah pasar,kuliner,angkot bahkan pemulung. Selalu ada hal menerik yang bisa dibidik dan dirangkai dalam sebuah bingkai potret kota.
Potret tumbuh dan berkembangnya "sebuah embrio" kota ini yang coba dibingkai dan dibidik dalam potret "kota_ku..."